Melalui Kegiatan Pengembangan Klaster Inovasi Produk Unggulan Daerah (PUD) lada putih hulu sampai hilir di Provinsi Bangka Belitung. Komoditi lada dari Bangka Belitung telah sejak dulu terkenal dengan istilah muntok white paper dengan nilai eksport 80.756 us pada tahun 2016 yang dibudidayakan seluas 50.000 ha, oleh 56.940 kepala keluarga. Keunggulan Lada Babel memiliki nilai Indikasi Georafis. Dibantu beberapa orang peneliti dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Bangka Belitung yang di pimpin oleh Ibu Fournita Agustina dan timnya.

Masalah yang dihadapi oleh petani lada dalam membudidayakan lada adalah masih secara individual, secara tradisional, mengandalkan produk primer, produktifitas masih rendah, tingginya hama dan penyakit lada, mutu produksi lada masih rendah. Kondisi ini menyebabkanbargaining posisi lada menjadi lebih rendah

Melalui kegiatan ini diharapkan akan di bentuk model pengembangan klaster lada putih di provinsi Babel, pembentukan forum rembug cluster lada putih antara petani, industri dan perguruan tinggi, terbentuknya kawasan pengembangan industri lada.

Secara umum petani masih menjual lada dalam bentuk biji, padahal banyak produk olahan dari lada yang bisa meningkatkan nilai jual Lada dalam bentuk olahan seperti, bubuk lada, balsam lada, parfum lada, coklat lada, kopi lada, permen lada, rumput laut lada hitam, keranjang dari tangkai lada, sehingga tanaman lada dapat menjadi salah satu produk zero waste.

Dibutuhkan kerja sama berbagai elemen antara lain pemerintah, perguruan tinggi, pelaku bisnis, petani. Berbagai kegiatan dapat dilakukan seperti, pelatihan, pengembangan Tekhnologi Tepat Guna, pusat inkubator bisnis, inisiasi kemitraan, modal untuk pebisnis, jaminan pasar, diversifikasi produk. Sedangkan dari aspek pemerintah dibutuhkan, penyediaan infrastruktur, fasilitas untuk menarik investor dan regulator. Hasil diskusi dan sesuai analisa Pihak UBB  menyarankan beberapa kegiatan hendaknya dilakukan seperti pengembangan bibit unggul berkualitas, penyuluhan petani terpadu, koperasi lada, pengembangan diversifikasi produk lada.

FGD dihadiri sejumlah Kepala Bidang teknis dari sejumlah SKPD, petani, penyuluh, pelaku UMKM dan Galeri. Bertempat di Ruang Aula Bappeda Kabupaten Belitung pada hari Kamis tanggal 18 Oktober 2018. Diskusi berkembang dengan aktif, banyak masukan, pengalaman dan permasalahan berharga yang disampaikan oleh seluruh peserta, dari on farm ataupun out farmnya. Dari seluruh masalah yang disampaikan dapat ditarik kesimpulan bahwa masalah utama yang dihadapi petani adalah tingginya fluktuatif dan rendahnya nilai jual lada. Semua elemen dan steak hoder sangat berharap masalah yang sudah dihadapi petani selama ini dapat segera diatasi. Semoga berbagai upaya yang dilakukan dapat memberikan manfaat positif bagi pelaku lada dan kejayaan lada di Provinsi Bangka Belitung bisa terulang kembali. (Ginanjar Nataatmaja, SE)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

five × five =